Monday 10 May 2010

tahsin yang menantang!

sudah hampir 1 bulan ini, fika mengikuti program tahsin yang diadakan oleh Lembaga Bimbingan Al-Quran. sebelumnya pernah siy mengikuti program serupa, tapi mungkin karena kurang begitu focus (kelas besar) maka terasa ringan. sekarang, dikelompok tahsin ini hanya terdapat 3 orang, maka terlihat jelas lah kesalahan-kesalahan kami dalam pengucapan atau huruf maupun ayat. he…
awalnya fika berpikir ikut tahsin sebatas memperbaiki, titik. namun ternyata, perbaikan itu memiliki standar yang jelas, sampai dimana titik akhirnya. Huff, gurunya memberikan prolog diawal, sekaligus memotivasi kita untuk terus memperbaiki bacaan. dan beliau menjelaskan bahwa batasan akhirnya adalah ketika bacaan Al-Quran kita sudah sama dengan bacaan Rasulullah dan para sahabat. saat ini di Mekkah, terdapat imam-imam besar Masjidil Haram atau pun di Madinah terdapat Imam-imam besar Masjid Nabawi, yang bacaan Quran nya ter-sertifikasi secara internasional memiliki bacaan yang mendekati Rasulullah dan para sahabat. Subhanallah…
terbersit pertanyaan, kan suara kita beda, bagaimana bisa di standarkan dengan suara orang lain?! namun guru tahsin tersebut menjelaskan, bahwa selama pengucapan huruf dilakukan pada tempat keluar huruf (makhrojal huruf) yang tepat, juga tepat panjang pendeknya, tajwidnya, maka setiap orang bisa memiliki kualitas bacaan ter-standarisasi. Jadi jangan berkecil hati bagi orang-orang yang merasa suaranya tidak cukup bagus untuk ikut ajang Indonesia idol, atau pun kontes menyanyi manapun. semuanya pasti bisa, asal mau belajar…
dan kurasakan betapa pegel-pegelnya mulut saat harus mengeluarkan huruf dari tempat yang seharusnya dia keluar, kemudian huruf-huruf tersebut dirangkai kan pada kata. sampai disini, kata yang diucap pun harus tepat panjang-pendeknya. lalu kita mulai merangkai kata-kata tersebut dalam kalimat yang juga makin diperhatikan panjang pendeknya bacaan. selain pegel-pegel, efek lainnya adalah sering terhenti saat tilawah al-quran, karena mau ndak mau kita mengingat-ingat dan coba memastikan dan men-check apakah memang benar bacaannya.
buat fika, yang agak nyeleneh ini, susah untuk merubah kebiasaan lama. missal huruf ta, dalam bahasa Indonesia, mengucap kata ta bukan lah hal yang sulit, namun ta nya huruf hijaiyah, luar biasa menantangnya untuk diucap. kita musti menempatkan ujung lidah dilangit-langit, dan segera memantulkannya, yanpa desis, tapi dengan nafas. trus jika, contohnya huruf ta berada pada kata, maka penyesuaian panjang pendeknya bacaan sesuai ketukan. celakanya ketukan yang selama ini fika pakai adalah ketukan yang kurang tepat. fika mengetuk seperti tempo dalam lagu. makanya selalu kepanjangan.. ketuk 1 seperti ketuk 2. ketuk 2 seperti ketuk 3, jadi boros… bisa dibayangkan penyesuaian ketukan baru yang cukup menyita perhatian
belajar, belajar, dan terus belajar... tak cukup puas untuk sebuah ilmu baru, pastinya dibutuhkan tantangan baru untuk sebuah perubahan...
woow, mudah-mudahan ini bisa jadi awal yang baik untuk sebuah perubahan...
insya Allah!

Sunday 9 May 2010

menyusuri jejak sejarah di kota tua

berjalan-jalan di Kota Tua, seakan berada di negeri Belanda. bedanya, disana bersih dari sampah dan banyak berkeliaran burung-burung. tapi disini, bertebaran sampah, juga pedagang asongan. tapi, taste yang terasa cukup londo. insya Allah, jika lingkungan bersih dan masyarakat tertib, pastinya Jakarta pun bisa selayaknya BElanda atau Negara-negara maju lainnya. Namun, he, ternyata lebih banyak yang menikmatinya dengan photo-photo, pacaran, konkow-konkow, belum disertai kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. miris…
museum sejarah Jakarta, sempat terbingung mencari museum Fatahillah, lho ternyata dah diganti toh?! dengan bentuk bangunan menyerupai benteng (karena didepannya terdapat 4 meriam), museum ini menceritakan jejak sejarah Batavia masa lalu. ketika belanda berkuasa, membangun sebuah peradaban ditengah perbudakan kaum pribumi. mengambil dalih berdagang, ternyata justru merampas kekayaan bangsa. alih-alih menawarkan keuntungan, justru merampas kebebasan rakyat. memang, ke’biadab’an penjajahan tidak terlihat secara eksplisit, namun dengan gambaran kemewahan para petinggi Kompeni, serta penjara-penjara untuk rakyat dan juga gambaran hasil bumi Indonesia yang dinikmati penjajah, rasanya memang rakyat terjajah perlahan tapi pasti. bahkan mungkin awalnya mereka tidak merasa terjajah, sampai wujud kekuasaan itu Nampak.
symbol-simbol yang terdapat pada bangunan bahkan benda-benda yang ada terlihat jelas menunjukkan begitu besarnya pengaruh yahudi, nasrani, serta satanic ya.. penyembah setan. mulai dari pintu masuk dan ornament, ukiran-ukiran yang terdapat pada meja, kursi, sekat-sekat, lemari. Lukisan-lukisan pembesar belanda saat itu, pedang, dan masih banyak lagi. sebuah keindahan yang mengerikan. dan efek penjajahan selama 350 tahun ini sangat besar dampaknya yang dirasakan masyarakat Indonesia. hingga saat ini. system pemerintahan, system ekonomi, bahkan system pencernaan tubuh kita pun terjajah dengan pola yang diterapkan Belanda sejak dulu kala. Ndak percaya? buktinya orang Indonesia terbiasa untuk makan buah setelah makan, ya ndak… kalo dirunut-runut, sebenarnya ajaran siapa hayoo..
well, itulah gambaran sejarah masa lalu, setelah di analisa, memang banyak factor yang ‘memudahkan’ rakyat saat itu untuk dijajah. lemahnya atau dangkalnya aqidah ummat adalah factor yang pertama, dilanjutkan dengan degradasi moral, terakhir lemahnya organisasi masyarakat. penjajahan selalu diawali dengan kebohongan-kebohongan. karenanya Allah banyak mengingat kan disurat Al-Baqarah mengenai peringatan hingga azab yang dinanti oleh para mukadzibin (orang-orang yang berdusta). Dusta adalah jalan pembuka sebuah kejahatan, ketika pintu dusta terbuka, maka akan mudah kejahatan-kejahatan lain terakulturasi didalamnya. seperti halnya penjajahan, dan lemahnya aqidah membuat ummat lemah mengidentifikasi kebohongan para penjajah. ketika aqidah lemah, maka dilemma yang terjadi pastinya berdampak pada moral ummat. sikap su’udzon pada sesama muslim membuat resah, sikap tidak berdaya terhadap ke-digdayaan penjajah, ke-lumpuhan terhadap semangat jihad, makin melemahkan kondisi ummat. dan terakhir, terpecahnya ummat dengan tiadanya organisasi massa atau adanya organisasi namun lemah dalam pengelolaannya. pun potensi yang ada menjadi tidak terkelola dengan optimal. efek domino yang sulit ter-elakkan.
maka dari itu, belajar dari sejarah, untuk tidak ter-jajahnya lagi bangsa ini amat lah penting. Ummat harus belajar untuk menguatkan aqidah, bagaimana caranya? belajar, membaca, dan mengamalkannya. pentingnya tarbiyah dalam menguatkan aqidah ummat, agar kita dapat memandang permasalahan dengan tidak setengah-setengah, coba menyikapi nya pun dengan cara menyeluruh. Pahami, amalkan. insya Allah efek domino yang menyertai adalah akhlaqul karimah, masyarakat melihat para pribadi-pribadi sholeh pembangun peradaban, agen of change! dan pembelajaran membangun organisasi masyarakat yang professional dan tidak terkotak-kotak, akan memantapkan langkah kaki para ummat muslim. insyaAllah!
belajar dari sejarah, semoga dapat menambah kebersyukuran kita pada Allah atas segala nikmat yang ada. juga memotivasi untuk terus berubah, dan mau mengubah diri serta lingkungan untuk tidak kembali terjajah. baik secara fisik, maupun pemikiran. tantangan ummat islam kedepan makin berat, namun pastinya Allah pun tak akan membebani suatu kaum diluar kemampuannya. janji Allah pasti benar, dan Allah akan menyertai langkah-langkah kita menuju perubahan yang lebih baik. untuk perwujudan islam rahmatan lil alamin. rahmat bagi seluruh alam…